Thursday, July 30, 2009

mengasah mata hati

Mata hati, adalah salah satu dari sekian banyak pemberian Allah kepada makhluk yang bernama manusia tampa kecuali. Hanya manusia yang bisa mengfungsikannya dengan sempurna Mata hati yang baik akan sanggup melihat dan merasakan apa-apa yang akan terjadi maupun yang telah lama berlalu. Tentu saja hati yang sejalan dengan pikiran yang sehat dan jernih, artinya pikiran selalu melahirkan komitmen yang mantap dan diiringi dengan keteguhan hati serta disampaikan /diikrarkan dengan mulut. Kalau hal ini berlawanan arah, lain dipikiran lain pula dihati serta lain dihati lain pula dimulut itulah yang dikatakan Allah sebagai ciri-ciri orang munafik. Kemunafikan kalau dibiarkan terus bersemayam dalam hati, maka dengan sendirinya hati itu akan menjadi buta dari petunjuk, yang berlanjut pada buta pendengaran, bahkan mata hati itu sendiri yang akan menyeret kebanyakan manusia kejurang neraka jahanam.

Tentang kondisi ini telah difirmankan Allah Swt di dalam Qs Al A’raaf-197 “ Dan sesungguhnya kami jadikan untuk neraka Jahanam kebanyakan dari Jin dan Manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergnakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. Dari firman Allah diatas, sangat mulia sekali jikalau dengan penuh kesadaran mempertanyakan kedalam diri sendiri termasuk orang-orang yang lalaikah diri kita?, apakah karunia yang telah diberikan Allah selama ini baik yang abstrak maupun kongkrit (pikiran&hati) sudah dipergunakan menurut ukuran dan tempat yang telah diperintahkan-Nya ?. Atau malah sebaliknya berlaku apatis, acuh tak acuh terhadap pangilan dan karunia Allah, ingkar nikmat membanggakan diri, takabur, ujub dsb?. Maka, manusia-manusia seperti inilah kata Allah kelak yang akan memenuhi neraka Jahanam.

Pada dasarnya guna mengasah ketajaman mata hati seorang mukmin, ada beberapa kekuatan yang harus selalu difungsikan dengan sebaik-baiknya. Agar tercapai tujuan akhir dalam ajaran agama Islam yaitu bahagia didunia dan bahagia di akhirat. Selain itu Islam mengajarkan bahwa ketinggian iman seseorang akan terlihat dalam keberhasilannya didalam menghadapi dan mengolah dengan baik segala bentuk rintangan maupun cobaan yang ada dalam hidup ini. Hidup ini adalah jembatan keakhirat begitu yang banyak diceritakan, kalau jembatan itu goyah dan rapuh maka dapat dipastikan kehancuran itu hanya menunggu soal waktu, sehingga hidup akan terombang ambing dibawa arus dunia yang mengiurkan atau malah menyengsarakan ini. Pertanyaannya kekuatan-kekuatan apa saja yang harus difungsikan dengan sebaik-baiknya oleh seorang mukmin itu ?. Diantaranya, kekuatan tubuh, karena semakin banyak gerakan yang dilakukan oleh tubuh (fisik) maka kekuatan dan ketahanan tubuh itu sendiri akan semakin kokoh dan stabil. Tentu selama gerakan-gerakan itu on the track atau tetap berada di jalur yang benar dengan perhitungan yang matang. Hal ini disebabkan karena beribadah itu termasuk pekerjaan dan pekerjaan itu sendiri adalah ibadah. Jelasnya, kekuatan tubuh sangat urgent sekali dalam menjalani hidup ini apabila tubuh lemah, sakit-sakitan dsb bukan saja mempersulit didalam melakukan aktifitas sehari-hari, tapi jelas akan mempersulit didalam melakukan amal ibadah sebagai satu kewajiban.

Berfirman Allah didalam Qs Alam Nasyrah ayat 7 “ Maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain “. Sebahagian ahli tafsir menafsirkan, apabila kamu (Muhammad) termasuk kita sebagai umatnya apabila telah selesai dalam menaburkan kebaikan dalam hal keduniaan. Maka beribadatlah kepada Allah dalam hal akhirat, melalui rangkaian amal ibadah shalat, zikir dan berdoa agar apa-apa yang diusahakan tadi membuahkan hasil sesuai dengan harapan. Islam mengajarkan bahwa didalam kehidupan ini kita tidak boleh dalam keadaan lalai, malah kita dituntut untuk selalu bekerja yang melahirkan gerakan tubuh yang seimbang dengan amal ibadah. Begitu juga halnya dengan akal pikiran, Islam itu sendiri berdiri diatas pemikiran dan akal yang sehat. Sangat banyak dari firman Allah yang menyatakan untuk selalu mempergunakan akal pikiran seperti, tidakah kamu berfikir, tidakkah kamu mendengar atau tidakkah kamu melihat. Itu semua oleh Allah bertujuan agar diri kita tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang ikut-ikutan saja, tetapi tidak memahami sedikitpun apa-apa yang diikuti tadi (takliq).

Begitu juga, dalam hal iman dan ilmu tidak bisa dipisahkan, dengan kekuatan iman seseorang akan rela dan ikhlas menerima berbagai cobaan dalam hidup ini begitu juga soal ilmu, seorang mukmin akan bisa menjaga dan memelihara keyakinannya serta selalu berusaha untuk memperbaiki perekonomiannya agar tidak jatuh kepada kefakiran, kekufuran maupun kakafiran. Dengan tidak mengesampingkan ketentuan-ketentuan Illahi serta selalu mempersatukanya dengan gerakan-gerakan akal pikiran yang sehat. Sedangkan kekuatan hati muncul karena adanya gerakan pada hati itu sendiri. Gerakan hati yang mengacu pada hubungan dengan Allah Swt secara vertikal, sedangkan secara horizontal gerakan hati akan mengacu pada hubungan antar sesama makhluk ciptaan Allah yang akan melahirkan kecintaan dan kasih sayang (ukhuwah islamiyah). Gerakan hati guna menjalin hubungan yang berkesinambungan dengan sang pencipta merupakan hal yang penting dan utama sekali, detik demi detik dalam kehidupan seorang muslim. Karena hal ini akan bisa selalu mengontrol dan jadi pengawas setia terhadap prilaku seseorang, maka dengan sendirinya ketenangan jiwa dan pikiran akan terlihat dalam kepribadiannya sehari-hari.

Komunikasi dalam bentuk mengerakan mata hati guna mempertajam mata hati tsb didalam merenungi dan menghayati kemaha besaran Allah Swt yang melahirkan rasa syukur yang tinggi akan segala nikmat yang telah dilimpahkanya, merupakan salah satu sarana dalam meraih kebahagiaan dunia wal akhirat. Intinya adalah ingat dan selalu merasakan bahwa Allah itu maha mendengar gerakan hati kita, dan maha melihat setiap tingkah laku dari semua makhluk. Ingat pada-Nya melalui zikir juga merupakan bentuk komunikasi yang paling evektif untuk meraih Mardatillah-Nya. Islam bukan terletak pada panjangnya tasbih untuk berzikir, bukan pula terletak pada bagus dan indahnya penampilan dan atribut keislaman lainya, banyaknya harta, berulang kali menunaikan ibadah haji atau seringnya ikut dalam ibadah kurban. Tapi Islam itu memandang dari segi hubungan yang kontiniu dalam situasi dan kondisi apapun, baik dengan Allah Swt dan pada sesama makhluk ciptaan-Nya, memiliki budi pekerti yang luhur dan selalu mengindari segala perilaku yang bertentangan dengan ajaran Al Quran maupun Hadis Saw. Semiskin-miskinnya manusia kalau sudah memiliki seperti hal yang diungkapkan diatas Insya Allah dengan sendirinya akan termuliakan dengan ajaran Islam yang dianutnya baik dimata manusia maupun dimata Allah ta’alla.

Orang yang tidak mau mengasah mata hatinya dan enggan untuk selalu ingat pada sang penciptanya serta sangat malas dan suka melalaikan perintah-perintah Allah (shalat, zikir, doa, sedekah, infak dsb). Maka, itulah yang diungkapkan oleh hadis Nabi sebagai orang yang celaka. Bahkan lebih parah lagi dengan mudahnya melupakan segala dosa yang pernah diperbuatnya, padahal bukti dan tulisan dosa-dosa itu dijaga ketat disisi Allah. Begitu juga dalam hal beramal orang seperti ini biasanya suka memamerkan amal ibadahnya tersebut (Ria), padahal amal-amal itu sendiri belum jelas entah diterima Allah atau tidak. Didalam menghimpun harta dunia selalu membuat standar kepada orang yang diatasnya sehingga muncul niat untuk menghalalkan segala cara, ironisnya dalam masalah ibadah selalu mencari standar orang yang dibawahnya. Jadi kalau ada sifat seperti yang diterangkan diatas bersemayam dalam diri berusahalah untuk menghilangkanya, mengantinya dengan hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang mukmin sejati. Yang salah satu jalan terbaiknya adalah selalu mempertajam akan keadaan dari mata hati dan pikiran untuk kembali mengadakan evaluasi dan introspeksi diri sudah sampai dimanakah cinta kita pada Allah yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunianya itu. Dan jangan sekali-kali berputus asa atas segala cobaan dan ujian yang dijatahkan-Nya pada diri, keluarga maupun bangsa dan negara kita hari ini, besok atau lusa nanti. Karena Allah sudah berjanji untuk memberi hikmah dibalik semua kejadian ini, kembali menghidupkan hati yang sesat yang sudah membatu sekalipun, membantu kita semua untuk memecahkan persoalan dan kesulitan hidup yang kita hadapi. Hal ini tentu saja harus didukung dengan usaha menghidupkan mata hati tsb untuk mencari Nur Illahi melalui amal ibadah yang sungguh-sungguh. Allah Hu A’llam.

Berbagai Sumber